Jember (28/7) – Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Veronica Tan, menghadiri Festival Egrang ke-13 di Ledokombo, Kabupaten Jember, Jawa Timur, dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional 2025. Festival yang mengusung tema “Memuliakan Bambu untuk Perdamaian” ini menjadi momentum penting untuk menegaskan peran komunitas dalam menciptakan lingkungan sehat, inklusif, dan ramah anak.
“Bambu bukan hanya simbol perdamaian, tetapi juga cerminan filosofi keluarga dan komunitas yang saling menguatkan. Festival ini menunjukkan bahwa dari komunitas akar rumput, kita bisa membangun ruang tumbuh yang sehat dan inklusif bagi anak-anak,” ujar Wamen PPPA, Veronica Tan dalam sambutannya.
Ia juga menekankan bahwa pasca pandemi, anak-anak menghadapi tantangan besar, terutama dari paparan digital yang tidak terpantau. “Komunitas seperti Tanoker menjadi pelindung sosial bagi anak-anak kita agar tetap memiliki nilai, arah, dan moralitas yang kuat,” tambahnya.
Festival ini diinisiasi oleh Komunitas Tanoker Ledokombo dan dihadiri oleh berbagai pejabat penting, antara lain Wakil Menteri UMKM, Helvi Moraza, Bupati Jember, Muhammad Fawait, serta jajaran pejabat daerah. Kegiatan dimulai dengan penanaman pohon secara simbolis, dilanjutkan pemukulan kentongan sebagai tanda resmi pembukaan festival, serta parade bersama.
Pada kesempatan yang sama, Wamen PPPA, Wamen UMKM, dan Bupati Jember turut menyerahkan tiga sepeda yang terbuat dari bambu secara simbolis, sebagai bentuk apresiasi atas inovasi lokal yang ramah lingkungan. Festival ini juga diramaikan dengan Parade Egrang dan berbagai penampilan budaya dari komunitas lokal di antaranya, Kartika Budaya x Tanoker Ledokombo, Sekolah Eyang Segar, SLB Branjangan, Rumpun Bambu Hitam dari PAUD Tolaba, dan lainnya.
Wakil Menteri UMKM, Helvi Moraza, menyampaikan bahwa bambu memiliki potensi besar dalam pengembangan UMKM berbasis kearifan lokal. “Festival Egrang ini memiliki nilai luar biasa, mulai dari kemanusiaan yang memulihkan semangat, kegembiraan anak-anak, hingga nilai ekonomi dari produk bambu. Kegiatan ini harus terus didukung agar menjadi ekosistem pemberdayaan yang berkelanjutan,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Jember, Muhammad Fawait, menyampaikan apresiasi atas kehadiran dua wakil menteri dan menyatakan komitmen menjadikan Festival Egrang sebagai agenda tahunan pemerintah daerah. “Kami menyadari bahwa kemiskinan ekstrem yang berdampak pada anak-anak harus kita tangani bersama. Festival ini bukan hanya selebrasi, tetapi titik awal dari kebangkitan komunitas dan ekonomi Jember,” tegasnya.
Ketua Tanoker Ledokombo, Suporahardjo, mengungkapkan bahwa tema festival tahun ini berasal dari pemikiran anak-anak. “Menurut mereka, bambu itu seperti ibu, melahirkan egrang, permainan, dan kehidupan. Bambu tumbuh bersama, tidak pernah sendiri. Seperti keluarga yang saling menguatkan,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa permainan bambu mendorong banyak perubahan sosial dan ekonomi. “Ibu-ibu mulai membuat kerajinan, kuliner laris, bahkan homestay berkembang. Anak-anak lewat permainan tradisional menjadi pemantik perubahan,” tambah Suporahardjo.
Festival Egrang ke-13 ini menegaskan bahwa perdamaian, pelestarian lingkungan, dan perlindungan anak dapat berjalan seiring. Kementerian PPPA mendorong agar ruang-ruang komunitas seperti ini diperluas ke wilayah lain sebagai bagian dari komitmen menuju Indonesia Layak Anak 2030.