Presiden Joko Widodo secara resmi membuka Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XXII dan Seminar Nasional 2024 yang berlangsung di Hotel Alila, Surakarta, Kamis, 19 September 2024. Dalam sambutannya, Kepala Negara menekankan bahwa ketidakpastian global saat ini telah berdampak luas, termasuk pada negara-negara maju.
“Dunia sekarang ini menghadapi sebuah gejolak ketidakpastian tantangan yang tidak mudah. Semua negara mengalami, termasuk kita. Bahkan negara-negara maju banyak yang masuk ke jurang resesi. Terakhir Inggris sudah masuk ke jurang resesi,” ujar Presiden.
Presiden menambahkan bahwa 96 negara saat ini telah menjadi pasien Dana Moneter Internasional (IMF). Untuk itu, Presiden menekankan pentingnya fokus pada pengelolaan ekonomi, terutama dalam membuka peluang kerja di tengah tantangan besar yang dihadapi.
Menurut Presiden, terdapat tiga tantangan utama yang harus dihadapi Indonesia dan hampir semua negara di dunia. Tantangan pertama adalah perlambatan ekonomi global dimana data Bank Dunia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi global hanya mencapai 2,7 persen pada 2023 dan diperkirakan akan turun menjadi 2,6 persen pada 2024.
“Tahun depan dari world bank muncul angka 2 naik sedikit 2,7, tapi masih jauh dari yang diharapkan oleh semua negara,” ungkap Presiden.
Tantangan kedua yang dihadapi adalah peningkatan otomatisasi di berbagai sektor. Presiden Jokowi menjelaskan bahwa otomatisasi tidak lagi terbatas pada mekanik, melainkan telah meluas dengan munculnya teknologi kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi analitik.
“2025 pekerjaan yang akan hilang itu ada 85 juta. Sebuah jumlah yang tidak kecil. Kita dituntut untuk membuka lapangan kerja, justru di 2025, 85 juta pekerjaan akan hilang karena tadi adanya peningkatan otomasi di berbagai sektor,” ucap Presiden.
Tantangan ketiga yang disampaikan oleh Presiden adalah tren gig economy atau ekonomi paruh waktu. Presiden Jokowi mengingatkan bahwa tren ini semakin berkembang, di mana perusahaan cenderung lebih memilih pekerja kontrak, freelancer, atau independen untuk mengurangi risiko ketidakpastian global.
“Sehingga sekali lagi kesempatan kerja makin sempit dan makin berkurang,” ucap Presiden.
Di tengah tantangan tersebut, Presiden Jokowi juga mengingatkan tentang bonus demografi yang akan dialami Indonesia pada tahun 2030-an. Untuk itu, Presiden menegaskan bahwa tantangan terbesar adalah menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya di tengah situasi yang semakin sulit.
“Bonus demografi bisa menjadi kekuatan besar, tetapi juga bisa menjadi beban. Inilah tantangan paling besar yang akan melompatkan kita menjadi negara maju atau tidak,” ujar Presiden.
Presiden pun berharap ISEI dapat berperan aktif dalam merumuskan kajian dan strategi yang taktis serta detail. Hal tersebut penting untuk membantu mengarahkan Indonesia menghadapi tantangan global saat ini.
“Bukan rencana makro yang sulit diimplementasikan dalam situasi yang sangat-sangat sulit,” tutur Presiden.
Turut hadir mendampingi Presiden Jokowi dalam acara ini adalah Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, Gubernur Bank Indonesia yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat ISEI Perry Warjiyo, Pj. Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana, Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa, dan Ketua Panitia Pelaksana Pembukaan Kongres ISEI XXII Anggito Abimanyu.